BAB I Pendahuluan
Banyak orang
yang engidentikkan islam dengan dunia terorisme, pasalnya setiap aksi teror
yang ada, dicurigai adalah orang islam pelakunya, apa bedanya dengan jihad?.
Apakah jihad itu? Dan apakah terorisme itu? Dalam hal ini kita
harus bisa membedakan antara makna jihad dan terorisme. Karena kalau
pemahamannya saja sudah salah, bisa dipastikan penerapannya juga akan salah.
Agar tidak terjebak dalam pemahaman yang salah sehingga mengartikan jihad
sebagai teror, maka kita harus mengkajinya lebih dalam tentang keduaya.
BAB
II
Pembahasan
1.
Pengertian
a)
Jihad
Makna jihad itu beragam, tidak sebatas diartikan dengan berperang
saja. Dari 41 kalipengulangan kata jihad dalam berbagai bentuknya di dalam
Al-Qur’an, jihad mengandung arti sebuah usaha yang mengandung kesulitan dan
kesukaran.
Kesimpilan ini diambil dari asal kata jihad itu sendiri yang
berarti letih atau sukar. Apabila ada rasa letih dan sulit dalam belajar dan
membantu orang tua, itu berarti kita telah melakukan jihad. Jihad bisa
dimana-mana selama pekerjaan kita benar.
Selain bermakna usaha yang mengandung keletihan dan kesulitan,
jihad juga mengandug “kemampuan” yang menuntut sang mujahid mengeluarkan segala
daya kemampuannya demi mencapai tujuan sesungguhnya “Ridho Allah”. Dalam
pengertian yang lebih luas, jihad dapat diartikan sebagai pengorbanan kita
untuk menjujung tinggi agama Allah.
Arti inilah yang sering salah dimaknai oleh para pelaku teror. Dalam
hal ini kita dapat merujuk pada apa yang difirmankan oleh Allah SWT, kata-kata
pembunuhan disebutkan dengan kata QITAL, bukan dengan kata JIHAD.
Kutipan dari Hadits antara lain: “Dari Abdullah bin Umar r.a.
Seorang lelaki mda meminta izin kepada Nabi untuk berjihad. Nabi bersabda,
“apakah orang tuamu masih hidup?” lelaki tersebut berkata, “ya” maka Nabi
Muhammad SAW menyuruhnya pulang dan berbakti karena dalam bakti seorang anak
ada jihad” (Muttafaq ‘Alaih).
Dari definisi yang ditulis Syaikh Sayyid Sabiq (Fiqhus Sunnah):
“jihad berasal dari kata “juhud” yang artinya upaya, usaha, kerja keras dan
perjuangan. Barang siapa berusaha mati-matian dengan mengerakan segenap
kemampuan fisik maupun materiil untuk melindungi memperjuangkan agama Allah
maka ia dikatakan seseorang yang telah berjihad”.
Point yang harus ditanamkan pada diri masing-masing adalah:
*Islam tidak pernah mengartikan jihad sebagai perang
*Jihad adalah sikap kesungguhan hati, kekerasan tekad, dan
ketekunan jiwa dalam mengawali segala aktifitas kehidupan ini yang bertujuan
untuk memperjuangkan agama Allah SWT.
Ada 3 macam tingkatan jihad dari yang terbesar (Dalam bahasa
Rasulullah) hingga yang terkecil, yaitu[1]:
#Jihad melawan hawa nafsu
#Jihad melawan syetan
#Jihad melawan musuh
Para ulama membagi nafsu menjadi tujuh macam: 3 nafsu buruk
(Amarah, Lawwamah, Mulhamah) dan 4 nafsu baik (Al-Mutmainnah, Radliyah,
Al-Mardliyyah, Kamilah).
Melawan nafsu ini merupakan hal yag terbesar dan tersusah bagi
manusia untuk menjalaninya. Karena dalam faktanya banyak manusia yang masih
tergiur dan memanjakan nafsunya. Allah berfirman dalam surat An-Nazi’at 40-41:
$¨Br&ur ô`tB t$%s{ tP$s)tB ¾ÏmÎn/u ygtRur }§øÿ¨Z9$# Ç`tã 3uqolù;$# ÇÍÉÈ ¨bÎ*sù sp¨Ypgø:$# }Ïd 3urù'yJø9$# ÇÍÊÈ
40.
dan Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri
dari keinginan hawa nafsunya,
41. Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya).
Nafsu bukanlah musuh nyata karena nafsu adalah bagian dari diri
kita, sedangkan syetan berada di luar diri kita dan itulah sesungguhnya musuh
yang nyata bagi kita. QS Al-Baqarah 168, 208, QS Al-An;am 142.
$ygr'¯»t â¨$¨Z9$# (#qè=ä. $£JÏB Îû ÇÚöF{$# Wx»n=ym $Y7ÍhsÛ wur (#qãèÎ6®Ks? ÏNºuqäÜäz Ç`»sÜø¤±9$# 4 ¼çm¯RÎ) öNä3s9 Arßtã îûüÎ7B ÇÊÏÑÈ
168.
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.
$ygr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=äz÷$# Îû ÉOù=Åb¡9$# Zp©ù!$2 wur (#qãèÎ6®Ks? ÅVºuqäÜäz Ç`»sÜø¤±9$# 4 ¼çm¯RÎ) öNà6s9 Arßtã ×ûüÎ7B ÇËÉÑÈ
208.
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh
yang nyata bagimu.
ÆÏBur ÉO»yè÷RF{$# \'s!qßJym $V©ósùur 4 (#qè=à2 $£JÏB ãNä3x%yu ª!$# wur (#qãèÎ7Fs? ÏNºuqäÜäz Ç`»sÜø¤±9$# 4 ¼çm¯RÎ) öNä3s9 Arßtã ×ûüÎ7B ÇÊÍËÈ
142.
dan di antara hewan ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada
yang untuk disembelih. makanlah dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu,
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu
musuh yang nyata bagimu.
Dan yang termasuk jihad kecil adalah melawan musuh. Allah SWT
berfirman dalam surat Al-Baqarah 216:
|=ÏGä. ãNà6øn=tæ ãA$tFÉ)ø9$# uqèdur ×nöä. öNä3©9 ( #Ó|¤tãur br& (#qèdtõ3s? $\«øx© uqèdur ×öyz öNà6©9 ( #Ó|¤tãur br& (#q6Åsè? $\«øx© uqèdur @° öNä3©9 3 ª!$#ur ãNn=÷èt óOçFRr&ur w cqßJn=÷ès? ÇËÊÏÈ
216.
diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu
benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh
Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
Nabi pernah mengucapkan sebuah kalimat “Kita kembali dari jihad
kecil dan akan menghadapi jihad yang besar” ketika Nabi dan para sahabat pulang
dari perang Badar. Artinya, perang melawan musuh itu adalah jihad kecil yang
semua orang dapat melakukannya.
b)
Teroris
Teror
mengandung arti penggunaan kekerasan, untuk menciptakan atau mengondisikan
sebuah iklim ketakutan di dalam kelompok masyarakat yang lebih luas, daripada
hanya jatuhnya korban kekerasan.
Dari situ
muncullah suatu konsep yang memberi pengertian bahwa terorisme adalah cara atau
teknik intimidasi dengan sasaran sistematik, demi suatu kepentingan tertentu.
Whittaker
(2003) mengutip beberapa pengertian terorisme antara lain:
a.
Menurut
Walter Reich, terorisme adalah suatu strategi kekerasan yang dirancang untuk
meningkatkan hasil-hasil yang diinginkan, dengan cara menanamkan ketakutan di
kalangan masyarakat umum.
b.
Brian
Jenkins, terorisme adalah pengguanaan atau ancaman penggunaan kekerasan, yang
bertujuan untuk mencapai terjadinya perubahan politik[2].
Jadi arti terorisme secara keseluruhan adalah kejahatan.
2.
Unsur-unsur
Adapun
unsur-unsur terjadinya teror adalah sebagaimana yang telah tercantum dalam
pengertian akan terorisme yaitu kebutuhan meningkatkan atau memajukan dan
memperoleh suatu hasil yang diinginkan dengan cara menanamkan ketakutan di
kalangan masyarakat.
Ada beberapa
bentuk terorisme yang perlu kita bahas, antara lain[3]:
§ Teror kriminal
Teror kriminal biasanya hanya untuk kepentingan pribadi atau
memperkya diri sendiri. Teroris kriminal bisa menggunakan cara pemerasan dan
intimidasi. Mereka menggunakan kata-kata yang dapat menimbulkan ketakutan atau
teror psikis.
§ Teror politik
Teror politik tidak memilih-milih korban. Teroris politik selalu
siap melakukan pembunuhan terhadap orang-orang sipil: laki-laki, perempuan,
dewasa atau anak-anak dengan tanpa mempertimbangkan penilaian politik atau
moral, teror politik adalah suatu fenomena sosial yang penting.
Terorisme politis memiliki karakteristik sebagai berikut:
I.
Merupakan
intimidasi (menakut-nakuti) koersif[4]
II.
Memakai
pembunuhan dan destruksi (perusakan) secara sistematis sebagai sarana untuk
tujuan tertentu
III.
Korban
bukan tujuan, melainkan sarana untuk menciptakanperang urat syaraf, yakni
“bunuh satu orang untuk menakuti seribu orang”
IV.
Target
aksi teror dipilih, bekerja secara rahasia, namun tujuannya adalah publisitas
V.
Pesan
aksi itu cukup jelas, meski pelaku tidak selalu menyatakan diri secara personal
VI.
Para
pelaku kebanyakan dimotivasi oleh idealisme yang cukup keras, misalnya “berjuang
demi agama dan kemanusiaan”
Dengan ini maka
Juliet Lodge, 1988:49 menyatakan bahwa hard-core kelompok teroris adalah
fanatikus yang siap mati
§ Terorisme media
Bentuk terorisme seperti ini muncul pertama kali pada tahun enam
puluhan berupa serangan acak atau random terhadap siapa saja dengan tujuan
publisitas.
3.
Upaya
pemberantasan terorisme
Dengan
peristiwa 11 September 2001, upaya pemberantasan terorisme telah diangkat
menjadi prioritas utama dalam kebijakan politik dan keamanan secara global.
Aksi teror bom di Bali pada tanggal 12 Oktober 2002 mendorong Pemerintah
Indonesia untuk menyatakan perang melawan terorisme dan mengambil
langkah-langkah pemberantasan serius dengan dikeluarkannya Perpu (Peraturan
Pengganti Undang-Undang) No.1 tahun 2002 dan Perpu No.2 tahun 2002 serta Inpres
(Instruksi Presiden) No.4 tahun 2002, disusul dengan surat keputusan Menteri
Koordinator Bidang Politik dan Keamanan No. Kep-26/Menko/Polkam/11/2002 tentang
pembentukan Desk Koordinasi Pemberantasan Terorisme[5].
Perpu No.1 2002 dan Perpu No.2 2002 telah disahkan menjadi Undang-undang
No.15/2003 dan Undang-undang No.16/2003.
4.
Solusi
Untuk mencegah
akan terjadinya peristiwa terorisme, hendaknya kita harus benar-benar memahami
terlebih dahulu makna jihad dan teror, karena apabila salah makna maka kita juga
akan salah dalam melangkah.
Kesalahan
sebagian orang dalam memaknai kata jihad dapat mengakibatkan mendahulukan
sesuatu yang lebih kecil, yaitu jihad melawan musuh, seperti yang sudah
dipaparkan diatas. Maka sangat tidak pantas apabila seorang teroris yang
merekrut anggota untuk menjalankan aksinya kemudian menamai dirinya sebagai
orang yang jihad. Karena teroris bukanlah mujahid.
Perbedaan
teroris dan mujahid adalah:
Mujahid:
a.
Melindungi
agama Allah dengan cara melakukan perbaikan atau islah
b.
Melindungi
hak-hak yang lemah dan terdzolimi
c.
Dilakukan
sesuai yang telah ditentukan syariat islam dengan sasaran musuh yag jelas dan
nyata.
Teroris:
a.
Bersifat
merusak fasilitas yang telah ada
b.
Menimbulkan
ketakutan dan kehancuran pada pihak lain
c.
Dilakukan
tanpa aturan dan sasaran musuh yang jelas
Menjadi mujahid
adalah seruan menciptakan kedamaian dan keamanan, teroris cenderung menciptakan
ketakutan dan kerisauan.
Berikut ini
adalah lima langkah agar tidak terjerumus dalam rayuan teroris:
1)
Memperdalam
ilmu agama
2)
Bersikap
lebih terbuka
3)
Berpikir
lebih matang
4)
Tidak
mudah terpengaruh
5)
Temukan
jati diri
Dengan menunjukkan jati diri, akan berani untuk tidak mudah
terpengaruh, karena sudah berpikir lebih matang, dengan dilandasi sikap lebih
terbuka, melalui kehausan kita untuk memperdalam ilmu.
5.
Untuk
meng-Esakan Allah
Islam
mengajarkan perdamaian, bukan kekerasan, apalagi sampai mencelakakan atau
membunuh orang lain demi suatu kepentingan tertentu. Kita harus memperdalam
ilmu pengetahuan agar tidak mudah terjerumus kepada kefanatikan, dan kita juga
harus pandai memilih jamaah yang kita ikuti, seperti sabda Rasulullah SAW.:
لا يجمع الله هذه الأمة على الضلالة أبدا…يد الله على الجماعة
فاتبعوا السواد الأعظم فإنه من شذ شذ في النار
Maksudnya: “Tidak akan
Allah himpunkan umat ini ke dalam kesesatan selama-lamanya. Yadd (bantuan)
Allah di atas Al-Jamaah. Maka ikutilah As-Sawad Al-A’zhom kerana sesiapa yang
syaz (terasing) bererti terasing dalam neraka.” [Hadith riwayat At-Tirmizi,
Al-Hakim (no:358), At-Tabrani (Al-Mu’jam Al-Kabir: no: 13461), Al-Baihaqi dalam
Al-Asma’ wa As-Sifat dan sebagainya]
Rasulullah صلى الله عليه وسلم
bersabda yang bermaksud: “…Hendaklah kamu menyertai jamaah (majoriti umat
Islam) dan janganlah kamu berpecah (mengikut golongan yang tersesat). Siapa
yang mau menghuni taman syurga, maka hendaklah dia mengikut jamaah” (Hadits
riwayat Ahmad, at-Tirmidhi, dan al-Hakim).Telah berkata Rasulullah صلى الله عليه وسلم
yang bermaksud:”…Dan sesungguhnya pada jamaah itu ada rahmat, dan pada
perpecahan itu ada azab.” Maka berkatalah Abu Umamah al-Bahili: “Hendaklah kamu
bersama dengan sawadhul a’zhom”…(Hadits riwayat Imam Ahmad, al-Bazzar dan
ath-Thabrani).
BAB III
Kesimpulan
Tindakan teror itu adalah tindakan yang melenceng dari
ajaran agama Islam, karena Islam mengajarkan perdamaian dan keamanan, bukan
sebaliknya. Dan apabila ada orang yang mengatakan bahwasanya terorisme itu sama
dengan jihad, maka pernyataan itu salah besar. karena dilihat dari arti kata
dan pengertian yang dinyatakan oleh Rasulullah terlihat sangat jauh.
Bahwa jihad adalah
usaha melawan hawa nafsu, syetan, dan musuh. Sedangkan terorisme itu hanya
mementingkan melawan musuh dengan tanpa memperhatikan korban yang akan
berjatuhan akibat perbuatannya.
Bila kita amati lagi
hal-hal ini dapat dikaitkan dengan TAUHID RUBUBIYAH ataupun dengan TAUHID
ULUHIYAH. Berkaitan dengan tauhid rububiyah karena bisa dilihat dari kuasa
Allah yang telah menciptakan manusia sebagai kholifah di muka bumi, sebagaimana
firman Allah SWT. Dalam durat Al-Baqarah ayat 30
øÎ)ur tA$s% /u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz (
(#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkÏù `tB ßÅ¡øÿã $pkÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 (
tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB w tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ
30. ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada
Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah
di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui."
Dan dapat juga
dikaitkan dengan tauhid uluhiyah karena penciptaan manusia itu hanyalah
semata-mata hanya untuk menyembah Allah SWT. Seperti yang telah tercantum dalam
firman-Nya surat Adz-Dzariyat ayat 56:
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur wÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ
56. dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Jihad adalah hal yang
mulia, dan hal ini semata-mata dilakukan Lillahi Ta’ala. Namun jika seseorang
salah dalam mengartikan jihad yang sebenarnya, maka sungguh merugilah
orang-orang yang demikian.
BAB IV
Penutup
Daftar Pustaka
Hendropriyono, A.M. Terorisme Fundamentalis, Kristen, yahudi,
Islam,Jakarta,November09
Salam Faisal,Moch.,SH,M.H,Motivasi Tindakan Terorisme,Mandar
Maju,2005
Wahid,Abdul,Drs.,SH.,MA.,Kejahatan Terorisme,Refika Aditama,April
2004
Add-Ins, Microsoft Word,Al-Qur’an
[1] http://nikmatnyaislam.wordpress.com/2011/06/22/jihad-vs-aksi-teror/
[2]
Hendropriyono, A.M. Terorisme Fundamentalis, Kristen, yahudi,
Islam,Jakarta,November09/Hal.25-26
[3] Wahid,
Abdul, Drs.Sh.MA., Kejahatan Terrorisme, Refika Aditama, April 2004/Hal.38-39
[4]
Intimidasi yang prosesnya dilaksanakan dengan menggunakan tekanan sehingga
salah satu pihak yang terintimidasi berada dalam keadaan lemah dibandingkan
dengan pihak lawan
[5] Salam
Faisal,Moch.,SH,M.H,Motivasi Tindakan Terorisme,Mandar Maju,2005/Hal.2
0 komentar:
Posting Komentar