BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Filsafat
merupakan pengetahuan yang mencari sebuah kebijaksaan,
hakikat kebenaran pada segala aspek dalam kehidupan, alam maupun mausia itu
sendiri. Pada awalnya filsafat lahir dari sebuah rasa tidak percayaan dan rasa
ingin tahu.
Pada abad ke
6 SM orang Yunani percaya terhadap metodologi - metodologi bukan hanya sebagai
mitos tetapi sebagai sebuah kebenaran yang harus dipercaya.
Namun pada abad ke 6 SM muncul ahli pikir yang tidak mengakui mitos, dan mencari sebuah alasan rasional bagaimana alam terbentuk. Mereka mengarahkan kebebasan berpikir yang mengarahkan kekuatan akal pikir secara murni.
Namun pada abad ke 6 SM muncul ahli pikir yang tidak mengakui mitos, dan mencari sebuah alasan rasional bagaimana alam terbentuk. Mereka mengarahkan kebebasan berpikir yang mengarahkan kekuatan akal pikir secara murni.
Dalam banyak literatur filsafat mutakhir, klasifikasi
tahap sejarah filsafat Barat dibagi menjadi empat tahap penting, yaitu filsafat
klasik, filsafat abad pertengahan , filsafat modern , dan filsafat kontemporer.
Namun,
kami akan memfokuskan pembahasan dalam
makalah ini mengenai filsafat periode Yunani atau bisa juga disebut filsafat
klasik.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
latar belakang munculnya filsafat pada periode Yunani kuno?
2.
Siapa
filosof-filosof Yunani Kuno?
3.
Bagaimana
pemikiran filosof-filosof pada Yunani kuno?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Latar
Belakang Munculnya Filsafat Periode Yunani Kuno
Orang yunani
yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala
sesuatunya harus diterima sebagai sesuatu yang bersumber pada mitos atau
dongeng-dongeng. Artinya suatu kebenaran lewat akal pikir (logis) tidak
berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber dari mitos
(dongeng-dongeng).
Setelah abad
ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya mitos. Mereka
menginginkan adanya pertanyaan tentang misteri alam semesta ini, jawabannya
dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai suatu
demitiologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal pikir
dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya mitologi. Dari sinilah peradaban Yunani
mengalami titik balik peradaban yang cukup menakjubkan. Sebab di zaman ini
orang-oranag mulai berpikir dan berdiskusi tentang keadaan alam, dunia, dan
lingkungan sekitar dengan tidak lagi menggantungkan diri pada mitos atau
dongeng-dongeng dan kepercayaan. Upaya para ahli pikir untuk mengarahkan kepada
suatu kebebasan berfikir ini, kemudian
banyak orang mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir
secara murni. Hemat kata, fungsi logos (akal, rasio) telah menggantikan
peran mitos. [1]
Peristiwa
munculnya filsafat di Yunani terbilang sebagai peristiwa unik dan ajaib (The
Greek Miracle). Hal itu dipengaruhi oleh banyak faktor yang mendahului dan
seakan-akan mempersiapkan lahirnya filsafat di Yunani Kuno. Dalam hal ini, K.
Bertens menyebutkan ada tiga faktor, yaitu:[2]
1.
Mitos bangsa Yunani. Layaknya
bangsa-bangsa besar lainnya, Yunani juga juga memiliki banyak mitologi.
Mitologi tersebut dapat dianggap sebagai perintis yang mendahului filsafat.
Pasalnya, mite-mite sudah menjadi awal dari upaya orang untuk mengerti atau
mengetahui (processing to know). Lebih dari itu, mite-mite juga juga
sudah memberi jawaban atas pertanyaan yang hidup dalam hati manusia: Dari mana
dunia kita? Dari mana kejadian alam?. Melalui mite-mite ini, manusia mencari
keterangan tentang asal-usul alam semesta dan kejadian yang berlangsung di
dalamnya. Bangsa Yunani kuno dikenal selalu mengadakan berbagai usaha untuk
menyusun mite-mite yang diceritakan oleh rakyat menjadi suatu keseluruhan yang
sistematis. Dalam usaha itu, maka tampaklah sifat rasional bangsa Yunani.
2.
Kesusastraan Yunani. Dua karya puisi
Homerus yang berjudul Iliyas dan Odyssea mempunyai kedudukan
istimewa dalam kesusastraan Yunani. Syair-syair dalam karya tersebut sudah lama
digunakan sebagai semacam buku pendidikan untuk rakyat Yunani. Puisi Homerus
ini pun sangat digemari rakyat untuk mengisi waktu luang dan serentak juga
memiliki nilai edukatif.
3.
Pengaruh Ilmu Pengetahuan. Orang
Yunani tentu berutang budi kepada bangsa lain dalam menerima beberapa unsur
ilmu pengetahuan. Seperti ilmu ukur dan ilmu hitung sebagian berasal dari
Mesir. Pengaruh Babilonia dalam perkembangan ilmu astronomi di negeri Yunani.
Namun, andil dari bangsa lain dalam perkembangan ilmu pengetahuan Yunani tidak
boleh dilebih-lebihkan. Orang Yunani telah mengolah unsur-unsur tadi dengan
cara yang tidak pernah disangka-sangka oleh bangsa Mesir dan Babilonia. Berkat
kemampuan dan kecakapannya unsur ilmu tersebut dikembangkan sehingga mereka
mempelajarinya tidak didasarkan pada aspek praktis saja, tetapi juga aspek
teoritis kreatif.
Dengan adanya ketiga faktor
tersebut, kedudukan mitos digeser oleh logos (akal), sehingga setelah
pergeseran tersebut filsafat lahir.
Dalam sejarah filsafat biasanya
filsafat yunani dimajukan sebagai pangkal sejarah filsafat barat, karena dunia
barat (Eropa Barat) dalam alam pikirannya berpangkal kepada pemikiran yunani.
Pada masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta serta
dengan penghuninya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan kepercayaan.
Ahli-ahli pikir tidak puas akan keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan
melalui akalnya.
Periode yunani kuno ini lazim
disebut periode filsafat alam. Dikatakan demikian, karena pada periode ini
ditandai dengan munculnya para ahli pikir alam, dimana arah dan perhatian
pemikirannya kepada apa yang diamati sekitarnya.mereka membuat pertanyaan-pertanyaan
tentang gejala alam yang bersifat filsafati (berdasarkan akal pikir) dan tidak
berdasarkan pada mitos. Mereka mencari asas yang pertama dari alam semesta (arche)
yang sifatnya mutlak, yang berada di belakang segala sesuatu yang serba
berubah.
B.
Filosof-Filosof
Yunani Kuno dan Pemikirannya
v Pra Socrates: Filsafat Alam
Pemikiran
filsafat Yunani periode awal acapkali disebut sebagi filsafat alam. Penyebutan
tersebut didasarkan pada munculnya banyak ahli pikir alam yang memfokuskan
pemikirannya pada alam semesta. Tipe filsafat alam ini juga disebut filsafat
pra Socrates, sebab karakter pemikiran filsafat ini berbeda dengan pemikiran
filsafat zaman Socrates dan berikutnya. Tokoh-tokoh filsafat kategori ini
antara lain adalah Thales, Anaximandros, Anaximenes, dan lainnya.
Ø Thales (624-545 SM)
Dalam tradisi yunani terdapat bebarapa
berita mengenai tujuh orang bijaksana yang hidup dalam abad ke-6 SM. Semua daftar itu tersebar nama Thales dan
Miletos. Tentang tokoh ini banyak dongeng beredar yang tidak dapat dipercaya
kebenarannya. Thales menjadi filsuf dengan salah satu jasanya diceritakan bahwa
satu kali berhasil meramalkan gerhana matahari. Thales juga aktif dalam bidang
politik, karena ia memberikan nasihat kepada kedua belas kota Ionia, supaya
bersatu dalam semacam negara serikat yang berpusat di Teoos, dengan maksud menentang
bangsa Parsi.
Thales tidak menuliskan
pikiran-pikiran tanpa adanya kesaksian apa pun. Aristoteles adalah sumber utama
untuk pengetahuan kita mengenai ajaran Thales.
Dalam traktatnya tentang metafisik Aristoteles mengatakan bahwa Thales
termasuk filsuf yang mencari arche (asas dan tujuan) alam semesta,
bahkan ia merupakan yang pertama dari antara mereka itu. Menurut Thales prinsip
ini adalah air. Semuanya berasal dari air dan kembali lagi menjadi air. Mungkin
Thales beranggapan demikian karena air mempunyai pelbagi bentuk: cair, beku,
uap. Aristoteles tidak tahu dengan pasti
karena alasan apakah Thales menentukan air sebagai zat asali alam semesta. Ia
mengemukakan dugaan Thales berpikir begitu karena bahan makanan semua makhluk
memuat zat lembab dan demikian halnya juga dengan benih pada semua makhluk
hidup.
Pokok ajaran lain yang dilaporkan
Aristoteles ialah bahwa menurut Thales bumi terletak di atas air. Ini harus
dimengerti dengan anggapan bahwa semua berasal dari air. Bumi boleh di pandang
sebagai bahan yang satu kali keluar dari laut dan sekarang terapung-apung di
atasnya. Dalam bukunya tentang psikologi, Aristoteles memberitahukan pula
pendapat Thales yang lain, “semuanya penuh dengan dewa-dewa”. Aristoteles memperkirakan bahwa dengan
perkataan itu Thales memaksudkan bahwa jagar raya berjiwa. Kalau memang benar,
sebutan Thales tadi mudah dapat dikaitkan dengan pendirian Thales bahwa magnet
mempunyai jiwa karena mampu menggerakan besi, sebgaimana yang diberitakan oleh
Aristoteles. Pendapat Thales bahwa jagat raya berjiwa sering disebut
“hylezoisme”.
Ø Anaximandros/Anaximander (610-546 SM)
Anaximandros disebut murid Thales. ia hidup kira-kira tahun 610 dan
tahun 540 SM. Anaximandros mengarang sebuah risalah dalam prosa ( yang pertama
dalam kesusastraan Yunani), tetapi sekarang tinggal satu fragmen saja. Menurut
tradisi, ia mempunyai jasa-jasa dalam bidang astronomi dan geografi, sebsb
dialah orang pertama yang membuat suatu peta bumi.
Anaximandros juga mencari prinsip terakhir yang dapat membrikan
pengertian mengenai kejadian tentang alam semesta. Tetapi tidak memilih salah
satu anasir yang bisa diamati pancaindera. Pemikirannya lebih subtil. Menurut
dia prinsip terakhir itu ialah to opeiron. “ yang tak terbatas”. Opeiron
bersifat ilahi, abadi, tak terubahkan dan meliputi segalanya. Ia tidak puas
dengan menunujukan salah satu anasir sebagai prinsip terakhir, melainkan ia
mencari sesuatu yang lebih mendalam yang tidak diamati oleh pancaindera.
Mengenai manusia Anaximandros mengatakan bahwa tidak mungkin
manusia pertama timbul dari air dalam rupa anak bayi. Sebagai alasan
dikemukakan bahwa binatang lain cepat sekali sanggup untuk mencari makan
sendiri, sedangkan manuisa memerlukan masa cukup lama dimana ia menyusu.
Seandainya manusia pertama hidup di bumi sebgai anak bayi, ia tentu tidak bisa
hidup lama. Dari sebab itu, Anaximandros beranggapan bahwa manusia pertama yang
tumbuh dalam badan ikan. Ia mendasari anggapannya atas observasi (walaupun tidak
tepat) bahwa seekor hiu di laut Yunani melindungi anak-anaknya dalam badannya,
kira-kira seperti kanguru. Bila mana manusia pertama mampu memelihara hidupnya
sendiri, mereka dilemparkan diatas daratan.
Ø Anaximenes (585-528 SM)
Menurut Anaximenes, prinsip yang merupakan asal usul segala sesuatu
adalah udara. Dalam satu-satunya kutipan yang disimpan dari karyanya ia
mengatakan bahwa seperti jiwa yang menjamin kesatuan tubuh kita, demikian pun
udara melingkupi segala-galanya. Karena Anaximenes adalah pemikir pertama yang
mengemukakan persamaan antara tubuh manuisawi dan jagat raya. Tubuh adalah mikrokosmos
(dunia kecil) dan seakan-akan mencerminkan jagat raya yang merupakan makrokosmos
(dunia besar).
Pandangan Anaximenes tentang susunan jagat raya pasti merupakan
kemunduran, dibandingkan dengan Anaximandros. Menurut Anaximines, bumi (yang
berupa “meja bundar” katanya) melayang di atas udara. Demikianpun matahari,
bulan, dan bintang-bintang, “laksana sehelai daun”. Badan-badan jagat raya itu
tidak terbenam di bawah bumi, sebagaimana agaknya di pikirkan Anaximadros,
tetapi mengeliling bumi yang datar itu. Matahari lenyap pada waktu malam,
karena tertutup belakang bagian-bagian tinggi.
Ø Pytagoras (582-496 SM)
Pythagoras adalah matematikawan dan filsuf Yunani yang paling
dikenal sebagai “Bapak Bilangan”. Dia telah memberikan sumbangan penting
terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM. Kehidupan dan
ajarannya tidak begitu jelas disebabkan banyaknya legenda dan kisah-kisah
buatan mengenai dirinya.
Namun demikian, Pythagoras dan murid-muridnya tetap percaya bahwa
segala sesuatu di dunia ini berhubungan dengan matematika, dan merasa bahwa
segalanya dapat diprediksi dan diukur dalam siklus beritme. Menurutnya, dasar
segala sesuatunya ialah bilangan. Sehingga, orang yang tahu dan mengerti betul
akan bilangan, ia juga tahu akan segala sesuatu.
Pythagoras lahir di Samos. Ia termasuk dari keturuna keluarga
terpandang. Ayahnya bernama Mnesarchos dan sebagian tokoh lain mengatakan ia
keturuna dewa Apollo.
Pythagoras dikenal sebagai pribadi yang menarik, meski pemikiran
filsafatnya agak membingungkan. Karena dalam beberapa hal terkesan agak aneh.
Lebih-lebih pemikirannya mengenai ajaran agama. Ajarannya ia wujudkan dalam
bentuk ordo keagamaan yang di berbagai tempat mampu memperoleh kekuasaan atas
negara dan meneguhkan kekuasaan pendeta. Meski demikian, Pythagoras tetap
menjadi tokoh berpengaruh pada para pemikir selanjutnya. Malahan, model
kombinasi Pythagoras hingga saat ini masih terus menjadi bahan acuan pemikiran.
Terutama kombinasi matematika dan teologi yang bermula dari Pythagoras
tersebut.
Ø Parmenides (540-475 SM)
Parminedes lahir pada tahun 540 SM di Elea, Italia Selatan.Di kota
kelahirannya ia dikenal sebagai orang besar yang ahli dalam bidang politik dan
pernah memangku jabatan dalam pemerintahan. Meski begitu, ia lebih dikenal
bukan karena jabatannya, tapi karena sebagi ahli pikir yang melebihi siapapun
pada masanya.
Parmenides membagi pengetahuan manusia menjadi dua, yaitu
pengetahuan indera dan pengetahuan budi. Pengetahuan indera adalah pengetahuan
yang diperolah manusia dari pengamatannya terhadao realitas materi. Pengetahuan
yang diperolah indera adalah pengetahuan semu. Sementara pengetahuan budi
adalah pengetahuan yang dapat dipercaya karena perolehannya didasarkan pada
sesuatu yang tetap. Kenyataan yang benar hanya dapat diketahuai dengan akal,
bukan dengan pengamatan indera.
Dengna mengambil objek “alam”., Parmenides berpendapat bahwa arche
merupakan sesuatu yang bersifat tetap dan tidak berubah, serta hanya ada satu.
Yang ada itu tetap, tak mungkin berubah, tak mungkin bergerak,juga tak mungkin
kita kenal dan ketahui. Yang ada itu ada. Inilah disebut kebenaran yang tidak mungkin dipungkiri.
Dengan uraian tersebut, Parmenides mengingkari gerak, perubahan atau menjadi.
Karena itu, filsafatnya disebut “filsafat ada”.
Ø Heraklitos (535-480 SM)
Herakletos lahir di kota Ephesos. Ia termasuk salah seorang filsuf
Yunani kuno pra Socrates. Sungguhpun ia mempunyai pandangan sendiri yang
berlainan dari filusuf-filusuf sebelumnya, ia juga terpengaruh oleh alam pikir
filosof alam di Miletos. Pokok pikiran filsafatnya yang terkenal berkaitan dengan
alam semesta adalah segala sesuatu berasal dari api. Api berubah terus, api
adalah suatu hal yang chaotis.
Menurut Heraklitos, segala sesuatu yang ada di dunia inipasti
berubah. Tidak ada sesuatu yang tetap, semuanya dalam keadaan menjadi. Yang
menjadi arche segala sesuatu adalah api. Sifat dasar api adalah terus
berubah, terus bergerak, dan tidak tetap. Karena itu, yang menjadi sebab asal
mula segala sesuatu itu adalah gerak, perubahan, dan menjadi. Pendapat ini
dirumuskan dengan istilah panta rhei, “semua mengalir”.
Karena itu, filsafat Heraklitos disebut filasafat menjadi..
Segala sesuatu yang ada bergerak terus menerus, bergerak secara abadi. Segala
sesuatu berlalu dan tidak ada sesuatu yang tetap. Perubahan terjadi dengan
tiada hentinya. Seluruh kenyataan adalah arus sungai.
v Filosof Zaman Keemasan :
Socrates, Plato, Aristoteles
Ø SOCRATES (469 - 399 SM)
Socrates lahir di Athena sekitar
470-399 SM. Ia merupakan generasi pertama dari tiga ahli filosof besar dari
Yunani, yaitu Socrates, Plato, dan Aristoteles. Ia dikenal sebagai prajurit yang gagah berani. Seperti halnya
kaum sufís, Socrates
mengarahkan perhatiannya kepada manusia sebagai objek pemikiran filsafatnya.
Sejak muda Socrates telah terlihat sifat ke
bijaksanaannya, karena selain ia cerdas juga pada setiap perilakunya di tuntut
oleh suara bathin yang selalu membisikan dan menuntun ke arah keutamaan moral.
Peran socrates dalam mendobrak pengetahuan sejati sangat penting dalam mencapai keutamaan moral.
Adapun falsafah pemikiran Socrates diantaranya ia
menyatakan adanya kebenaran objektif. Faham efeknya merupakan kelanjutan dari metode yang ia temukan
(induksi dan definsi). Sayangnya Socrates tidak pernah
menulis pemikiran falsafahnya sendiri .[3]
Dalam mencari kebenarannya
ia tidak berfikir sendiri, melainkan setiap kali berdua dengan orang lain, dengan
jalan tanya jawab. Orang yang kedua itu, tidak dipandangnya sebagai lawannya,
melainkan sebagai kawan yang diajak bersama mencari kebenaran. Ia tidak
mengajarkan, melainkan menolong mengeluarkan apa yang tersimpan di dalam jiwa
orang. Sebab itu metodenya disebut majeutike, menguraikan, seolah-olah
menyerupai pekerjaan ibunya sebagai seorang bidan.
Dalam banyak hal, Socrates
memiliki pandangan yang bertentangan dengan kepercayaan masyarakat Yunani saat
itu, yakni kepercayaan pada kuil dari dewa-dewa. Ia percaya akan gagasan
mengenai gaya tunggal dan transenden yang ada dibalik pergerakan alam ini. Pandangan
yang ia bawa tersebut akhirnya membuatnya dipenjara dengan tuduhan merusak
akhlak pemuda-pemuda Athena. Bagaimanapun Socrates dinyatakan bersalah dan ia
ditawarka untuk bunuh diri dengan meminum racun. Penawaran tersebut diterimanya
dengan tenang. Meskipun para siswanya yang telah menjadi hakim, penjaga
penjara, tentara dan lainnya berulang kali membujuknya untuk melarikan diri, ia
tetap tidak mau. Socrates mengatakan, ‘kalau saya melarikan diri, berarti
ajaran saya salah. Saya lebih baik dihukum mati, tetapi ajaran kebenaran yang
saya sampaikan tetap hidup.’[4]
Ø PLATO (427 - 347 SM)
Plato lahir di Athena tahun 427 SM. Ayahnya bernama Ariston, raja terakhir
Athena. Ibunya bernama Periktione keturunan Solon, tokoh legendaris dan
negarawan agung Athena yang hidup sekitar seratus tahun lebih awal dari
Periktione. Nama Platoyang sebenarnya adalah Aristokles. Karena dahi dan
bahunya yang amat lebar, ia memperoleh julukan “Plato” dari seorang pelatih
senamnya. Ia adalah murid sekaligus sahabat diskusi Socrates. Plato adalah
pengikut Socrates yang taat dan
berpengaruh besar. Selain dikenal sebagai ahli pikir, ia juga dikenal sebagai
sastrawan. Tulisannya sangat banyak, sehingga keterangan tentang dirinya pun
dapat diperoleh dengan mudah.
Sebagaimana Socrates. Ia menggunakan metode dialog
untuk mengantarkan filsafatnya. Namun
kebenaran umum (definisi) menurutnya
bukan dibuat dengan cara dialog yaitu induktif sebagaimana cara yang digunakan Socrates, pengertian umum (difenisi) menurut Plato sudah tersedia di sana di
alam idea.
Menurut pemikiran falsafahnya, dunia lahir adalah dunia pengalaman yang
selalu berubah-ubah dan warna-warni. Semua itu adalah bayangan dari dunia idea,
sebagai bayangan, hakikatnya hanyalah tiruan dari yang asli
yaitu idea. Karenanya maka dunia pengalaman ini berubah-ubah dan
bermacam-macam, sebab hanyalah merupakan tiruan yang tidak sempurna dari
ideanya yang sifatnya bagi dunia ini semua ada contohnya yang ideal di dunia idea sana (dunia idea).[5]
Hal yang penting juga untuk diketahui dari filsafat
plato adalah pemikiran dia tentang negara. Menurutnya bahwa dalam tiap-tiap negara segala golongan dan segala
orang-orang adalah alat semata-mata untuk kesejahteraan semuanya. Menurut Plato, di dalam negara ideal terdapat 3 golongan, yaitu:
1. Golongan
tertinggi
2. Golongan
pembantu
3. Golongan
Rakyat biasa
Ajaran
Plato tentang etika kurang lebih mengatakan bahwa manusia dalam hidupnya
mempunyai tujuan hidup yang baik, dan hidup yang baik ini dapat dicapai dalam
polis. Ia tetap memihak pada cita-cita Yunani Kuno yaitu hidup sebagai manusia
serentak juga berarti hidup dalam polis, ia menolak bahwa negara hanya
berdasarkan nomos/adat kebiasaan saja dan bukan physis/kodrat. Plato tidak
pernah ragu dalam keyakinannya bahwa manusia menurut kodratnya merupakan mahluk
sosial, dengan demikian manusia menurut kodratnya hidup dalam polis atau
Negara. Menurut Plato negara terbentuk atas dasar kepentingan yang bersifat
ekonomis atau saling membutuhkan antara warganya maka terjadilah suatu
spesialisasi bidang pekerjaan, sebab tidak semua orang bisa mengerjakaan semua
pekerjaan dalam satu waktu. Polis atau negara ini dimungkinkan adanya
perkembangan wilayah karena adanya pertambahan penduduk dan kebutuhanpun
bertambah sehingga memungkinkan adanya perang dalam perluasan ini.[6]
Ø ARISTOTELES (384 - 322 SM)
Ia diahirkan di Stagyra, Yunani Utara tahun 384 SM. Aristoteles adalah murid
Plato. Ayahnya seorang dokter pribadi raja Macedonia Amyntas. Ia mewarisi
pengetahuan empiris dari ayahnya. Ia juga banyak mempelajari filsafat,
matematika, astronomi, retorika, dan ilmu-ilmu lainnya. Dengan kecerdasannya
yang luar biasa hampir-hampir ia menguasai berbagai ilmu yang berkembang pada
masanya. Kecenderungan berpikir saintifik nampak dari pandangan-pandangan
filsafatnya yang sistematis dan banyak menggunakan metode empiris.
Aristoteles
terkenal sebagai bapak Logika. Tuhan itu menurut Aristoteles berhubungan dengan dirinya
sendiri. Ia tidak berhubungan dengan (tidak memperdulikan) alam ini. Ia bukan pesona. Ia tak memperhatikan
doa dan keinginan manusia. Dalam mencintai tuhan, kita tidak usah mengharap ia
mencintai kita. Ia adalah kesempurnaan tertinggi, dalam kita
mencontoh ke sana untuk perbuatan dalam pemikiran-pemikiran kita. Pandangan
filsafatnya tentang etika adalah bahwa etika nerupakan sarana untuk mencapai
kebahagiaan dan merupakan sebagai barang yang tertinggi dalam
kehidupan. Etika dapat mendidikk manusia supaya memiliki sikap
yang pantas dalam segala perbuatan.
Sebenarnya Aristoteles
banyak menghasilkan karya-karya hasil penelitian dan pemikiran-pemikiran
filsafat. Tapi sayang, banyak karya-karyanya yang hilang. Secara umum, karya
Aristoteles berjumlah delapan pokok bahasan, yaitu:[7]
1)
Logika
2)
Filsafat Alam
3)
Psikologi
4)
Biologi
5)
Metafisika
6)
Etika
7)
Politik dan Ekonomi.
BAB
III
KESIMPULAN
Kelahiran pemikiran Filsafat Barat
diawali pada abad ke-6 SM, yang diawali oleh runtuhnya mite-mite dan
dongeng-dongeng yang selama ini menjadi pembenaran terhadap setiap gejala alam.
Orang Yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan
bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai sesuatu yang bersumber pada
mitos atau dongeng-dongeng. Dalam sejarah filsafat biasanay filsafat yunani
dimajukan sebagai pangkal sejarah filsafat barat, karena dunia barat (Erofa
Barat) dalam alam pikirannya berpangkal kepada pemikiran yunani.
Pada masa itu ada keterangan-keterangan
tentang terjadinya alam semesta serta dengan penghuninya, akan tetapi
keterangan ini berdasarkan kepercayaan. Ahli-ahli pikir tidka puas akan
keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan melalui budinya. Mereka
menanyakan dan mencari jawabannya apakah sebetulnya alam itu. Ciri yang
menonjol dari Filsafat Yunani Kuno di awal kelahirannya adalah ditunjukkannya
perhatian terutama pada pengamatan gejala kosmik dan fisik sebagai ikhtiar guna
menemukan suatu (arche) yang merupakan unsur awal terjadinya segala
gejala.
Terdapat tiga faktor yang
menjadikan filsafat yunani ini lahir, yaitu:
a)
Bangsa
yunani yang kaya akan mitos (dongeng).
b)
Karya sastra
yunani yang dapt dianggap sebagai pendorong kelahiran filsafat Yunani.
c)
Pengaruh
ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari Babylonia (Mesir) di lembah sungai Nil.
Tokoh-tokoh
pada masa Yunani Kuno antara lain, yaitu: Thales (625-545 SM), Anaximandros
(610-546 SM), Anaximenes (585-528 SM), Pythagoras (582-496 SM), Parmenides
(540-474 SM), Heraklitos (535-480 SM), Socrates (470-399 SM), Plato (427-347
SM), Aristoteles ( 384-322 SM).
DAFTAR PUSTAKA
K. Bertens, Prof, Dr. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta:
Kanisius, 1999.
Hatta, Mohammad. Alam Pikiran Yunani. Jakarta: UI Press, 1986.
Surajiyo. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: PT.
Bumi Aksara: 2005.
Achmadi, Asmoro. Filsafat Umum. Jakarta: Grafindo Persada,
2001.
Maksum, Ali. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Ar Ruzz Media,
2012.
[1]
Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), hlm.
153.
[2] Ibid,
hlm. 153
[3] http://cahayaibnuadam.blogspot.com/2012/02/filsafat-socrates-plato-dan-aristoteles.html
diakses tanggal 1 april 2013.
[4] Ali
Maksum, Pengantar Filsafat. Yogyakarta: ArRuzz Media, 2012. Hlm, 63-64.
[5]
Ibid...Hlm, 65.
[6] http://filsafat.kompasiana.com/2012/04/13/pola-pemikiran-socrates-plato-dan-aristoteles-454235.html
diakses tanggal 1 april 2013.
[7] Asmoro
Achmadi, Filsafat Umum. Jakarta: Grafindi Persada, 2011. Hlm. 30.
0 komentar:
Posting Komentar