- See more at: http://alanjogja.blogspot.com/2010/09/cara-meringkas-postingan.html#sthash.3mIQJlfZ.dpuf
RSS

Filsafat Periode Yunani Kuno

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Filsafat  merupakan  pengetahuan  yang  mencari  sebuah kebijaksaan, hakikat kebenaran pada segala aspek dalam kehidupan, alam maupun mausia itu sendiri. Pada awalnya filsafat lahir dari sebuah rasa tidak percayaan dan rasa ingin tahu.
Pada abad ke 6 SM orang Yunani percaya terhadap metodologi - metodologi bukan hanya sebagai mitos tetapi sebagai sebuah kebenaran yang harus dipercaya.
Namun pada abad ke 6 SM muncul ahli pikir yang tidak mengakui mitos, dan mencari sebuah alasan rasional bagaimana alam terbentuk. Mereka mengarahkan kebebasan berpikir  yang mengarahkan kekuatan akal pikir secara murni.
Dalam banyak literatur filsafat mutakhir, klasifikasi tahap sejarah filsafat Barat dibagi menjadi empat tahap penting, yaitu filsafat klasik, filsafat abad pertengahan , filsafat modern , dan filsafat kontemporer. Namun, kami  akan memfokuskan pembahasan dalam makalah ini mengenai filsafat periode Yunani atau bisa juga disebut filsafat klasik.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana latar belakang munculnya filsafat pada periode Yunani kuno?
2.      Siapa filosof-filosof Yunani Kuno?
3.      Bagaimana pemikiran filosof-filosof pada Yunani kuno?






BAB II
PEMBAHASAN
A.   Latar Belakang Munculnya Filsafat Periode Yunani Kuno
Orang yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai sesuatu yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Artinya suatu kebenaran lewat akal pikir (logis) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber dari mitos  (dongeng-dongeng).
Setelah abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya mitos. Mereka menginginkan adanya pertanyaan tentang misteri alam semesta ini, jawabannya dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai suatu demitiologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal pikir dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya mitologi. Dari sinilah peradaban Yunani mengalami titik balik peradaban yang cukup menakjubkan. Sebab di zaman ini orang-oranag mulai berpikir dan berdiskusi tentang keadaan alam, dunia, dan lingkungan sekitar dengan tidak lagi menggantungkan diri pada mitos atau dongeng-dongeng dan kepercayaan. Upaya para ahli pikir untuk mengarahkan kepada suatu kebebasan berfikir  ini, kemudian banyak orang mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir secara murni. Hemat kata, fungsi logos (akal, rasio) telah menggantikan peran mitos. [1]
Peristiwa munculnya filsafat di Yunani terbilang sebagai peristiwa unik dan ajaib (The Greek Miracle). Hal itu dipengaruhi oleh banyak faktor yang mendahului dan seakan-akan mempersiapkan lahirnya filsafat di Yunani Kuno. Dalam hal ini, K. Bertens menyebutkan ada tiga faktor, yaitu:[2]
1.      Mitos bangsa Yunani. Layaknya bangsa-bangsa besar lainnya, Yunani juga juga memiliki banyak mitologi. Mitologi tersebut dapat dianggap sebagai perintis yang mendahului filsafat. Pasalnya, mite-mite sudah menjadi awal dari upaya orang untuk mengerti atau mengetahui (processing to know). Lebih dari itu, mite-mite juga juga sudah memberi jawaban atas pertanyaan yang hidup dalam hati manusia: Dari mana dunia kita? Dari mana kejadian alam?. Melalui mite-mite ini, manusia mencari keterangan tentang asal-usul alam semesta dan kejadian yang berlangsung di dalamnya. Bangsa Yunani kuno dikenal selalu mengadakan berbagai usaha untuk menyusun mite-mite yang diceritakan oleh rakyat menjadi suatu keseluruhan yang sistematis. Dalam usaha itu, maka tampaklah sifat rasional bangsa Yunani.
2.      Kesusastraan Yunani. Dua karya puisi Homerus yang berjudul Iliyas dan Odyssea mempunyai kedudukan istimewa dalam kesusastraan Yunani. Syair-syair dalam karya tersebut sudah lama digunakan sebagai semacam buku pendidikan untuk rakyat Yunani. Puisi Homerus ini pun sangat digemari rakyat untuk mengisi waktu luang dan serentak juga memiliki nilai edukatif.
3.      Pengaruh Ilmu Pengetahuan. Orang Yunani tentu berutang budi kepada bangsa lain dalam menerima beberapa unsur ilmu pengetahuan. Seperti ilmu ukur dan ilmu hitung sebagian berasal dari Mesir. Pengaruh Babilonia dalam perkembangan ilmu astronomi di negeri Yunani. Namun, andil dari bangsa lain dalam perkembangan ilmu pengetahuan Yunani tidak boleh dilebih-lebihkan. Orang Yunani telah mengolah unsur-unsur tadi dengan cara yang tidak pernah disangka-sangka oleh bangsa Mesir dan Babilonia. Berkat kemampuan dan kecakapannya unsur ilmu tersebut dikembangkan sehingga mereka mempelajarinya tidak didasarkan pada aspek praktis saja, tetapi juga aspek teoritis kreatif.
Dengan adanya ketiga faktor tersebut, kedudukan mitos digeser oleh logos (akal), sehingga setelah pergeseran tersebut filsafat lahir.
Dalam sejarah filsafat biasanya filsafat yunani dimajukan sebagai pangkal sejarah filsafat barat, karena dunia barat (Eropa Barat) dalam alam pikirannya berpangkal kepada pemikiran yunani. Pada masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta serta dengan penghuninya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan kepercayaan. Ahli-ahli pikir tidak puas akan keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan melalui akalnya.
Periode yunani kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan demikian, karena pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir alam, dimana arah dan perhatian pemikirannya kepada apa yang diamati sekitarnya.mereka membuat pertanyaan-pertanyaan tentang gejala alam yang bersifat filsafati (berdasarkan akal pikir) dan tidak berdasarkan pada mitos. Mereka mencari asas yang pertama dari alam semesta (arche) yang sifatnya mutlak, yang berada di belakang segala sesuatu yang serba berubah.

B.   Filosof-Filosof Yunani Kuno dan Pemikirannya
v  Pra Socrates: Filsafat Alam
Pemikiran filsafat Yunani periode awal acapkali disebut sebagi filsafat alam. Penyebutan tersebut didasarkan pada munculnya banyak ahli pikir alam yang memfokuskan pemikirannya pada alam semesta. Tipe filsafat alam ini juga disebut filsafat pra Socrates, sebab karakter pemikiran filsafat ini berbeda dengan pemikiran filsafat zaman Socrates dan berikutnya. Tokoh-tokoh filsafat kategori ini antara lain adalah Thales, Anaximandros, Anaximenes, dan lainnya.

Ø  Thales (624-545 SM)
Dalam tradisi yunani terdapat bebarapa berita mengenai tujuh orang bijaksana yang hidup dalam abad ke-6 SM.  Semua daftar itu tersebar nama Thales dan Miletos. Tentang tokoh ini banyak dongeng beredar yang tidak dapat dipercaya kebenarannya. Thales menjadi filsuf dengan salah satu jasanya diceritakan bahwa satu kali berhasil meramalkan gerhana matahari. Thales juga aktif dalam bidang politik, karena ia memberikan nasihat kepada kedua belas kota Ionia, supaya bersatu dalam semacam negara serikat yang berpusat di Teoos, dengan maksud menentang bangsa Parsi.
Thales tidak menuliskan pikiran-pikiran tanpa adanya kesaksian apa pun. Aristoteles adalah sumber utama untuk pengetahuan kita mengenai ajaran Thales.  Dalam traktatnya tentang metafisik Aristoteles mengatakan bahwa Thales termasuk filsuf yang mencari arche (asas dan tujuan) alam semesta, bahkan ia merupakan yang pertama dari antara mereka itu. Menurut Thales prinsip ini adalah air. Semuanya berasal dari air dan kembali lagi menjadi air. Mungkin Thales beranggapan demikian karena air mempunyai pelbagi bentuk: cair, beku, uap. Aristoteles tidak tahu  dengan pasti karena alasan apakah Thales menentukan air sebagai zat asali alam semesta. Ia mengemukakan dugaan Thales berpikir begitu karena bahan makanan semua makhluk memuat zat lembab dan demikian halnya juga dengan benih pada semua makhluk hidup.
Pokok ajaran lain yang dilaporkan Aristoteles ialah bahwa menurut Thales bumi terletak di atas air. Ini harus dimengerti dengan anggapan bahwa semua berasal dari air. Bumi boleh di pandang sebagai bahan yang satu kali keluar dari laut dan sekarang terapung-apung di atasnya. Dalam bukunya tentang psikologi, Aristoteles memberitahukan pula pendapat Thales yang lain, “semuanya penuh dengan dewa-dewa”.  Aristoteles memperkirakan bahwa dengan perkataan itu Thales memaksudkan bahwa jagar raya berjiwa. Kalau memang benar, sebutan Thales tadi mudah dapat dikaitkan dengan pendirian Thales bahwa magnet mempunyai jiwa karena mampu menggerakan besi, sebgaimana yang diberitakan oleh Aristoteles. Pendapat Thales bahwa jagat raya berjiwa sering disebut “hylezoisme”.
Ø  Anaximandros/Anaximander (610-546 SM)
Anaximandros disebut murid Thales. ia hidup kira-kira tahun 610 dan tahun 540 SM. Anaximandros mengarang sebuah risalah dalam prosa ( yang pertama dalam kesusastraan Yunani), tetapi sekarang tinggal satu fragmen saja. Menurut tradisi, ia mempunyai jasa-jasa dalam bidang astronomi dan geografi, sebsb dialah orang pertama yang membuat suatu peta bumi.
Anaximandros juga mencari prinsip terakhir yang dapat membrikan pengertian mengenai kejadian tentang alam semesta. Tetapi tidak memilih salah satu anasir yang bisa diamati pancaindera. Pemikirannya lebih subtil. Menurut dia prinsip terakhir itu ialah to opeiron. “ yang tak terbatas”. Opeiron bersifat ilahi, abadi, tak terubahkan dan meliputi segalanya. Ia tidak puas dengan menunujukan salah satu anasir sebagai prinsip terakhir, melainkan ia mencari sesuatu yang lebih mendalam yang tidak diamati oleh pancaindera.
Mengenai manusia Anaximandros mengatakan bahwa tidak mungkin manusia pertama timbul dari air dalam rupa anak bayi. Sebagai alasan dikemukakan bahwa binatang lain cepat sekali sanggup untuk mencari makan sendiri, sedangkan manuisa memerlukan masa cukup lama dimana ia menyusu. Seandainya manusia pertama hidup di bumi sebgai anak bayi, ia tentu tidak bisa hidup lama. Dari sebab itu, Anaximandros beranggapan bahwa manusia pertama yang tumbuh dalam badan ikan. Ia mendasari anggapannya atas observasi (walaupun tidak tepat) bahwa seekor hiu di laut Yunani melindungi anak-anaknya dalam badannya, kira-kira seperti kanguru. Bila mana manusia pertama mampu memelihara hidupnya sendiri, mereka dilemparkan diatas daratan.
Ø  Anaximenes (585-528 SM)
Menurut Anaximenes, prinsip yang merupakan asal usul segala sesuatu adalah udara. Dalam satu-satunya kutipan yang disimpan dari karyanya ia mengatakan bahwa seperti jiwa yang menjamin kesatuan tubuh kita, demikian pun udara melingkupi segala-galanya. Karena Anaximenes adalah pemikir pertama yang mengemukakan persamaan antara tubuh manuisawi dan jagat raya. Tubuh adalah mikrokosmos (dunia kecil) dan seakan-akan mencerminkan jagat raya yang merupakan makrokosmos (dunia besar).
Pandangan Anaximenes tentang susunan jagat raya pasti merupakan kemunduran, dibandingkan dengan Anaximandros. Menurut Anaximines, bumi (yang berupa “meja bundar” katanya) melayang di atas udara. Demikianpun matahari, bulan, dan bintang-bintang, “laksana sehelai daun”. Badan-badan jagat raya itu tidak terbenam di bawah bumi, sebagaimana agaknya di pikirkan Anaximadros, tetapi mengeliling bumi yang datar itu. Matahari lenyap pada waktu malam, karena tertutup belakang bagian-bagian tinggi.
Ø  Pytagoras (582-496 SM)
Pythagoras adalah matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal sebagai “Bapak Bilangan”. Dia telah memberikan sumbangan penting terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM. Kehidupan dan ajarannya tidak begitu jelas disebabkan banyaknya legenda dan kisah-kisah buatan mengenai dirinya.
Namun demikian, Pythagoras dan murid-muridnya tetap percaya bahwa segala sesuatu di dunia ini berhubungan dengan matematika, dan merasa bahwa segalanya dapat diprediksi dan diukur dalam siklus beritme. Menurutnya, dasar segala sesuatunya ialah bilangan. Sehingga, orang yang tahu dan mengerti betul akan bilangan, ia juga tahu akan segala sesuatu.
Pythagoras lahir di Samos. Ia termasuk dari keturuna keluarga terpandang. Ayahnya bernama Mnesarchos dan sebagian tokoh lain mengatakan ia keturuna dewa Apollo.
Pythagoras dikenal sebagai pribadi yang menarik, meski pemikiran filsafatnya agak membingungkan. Karena dalam beberapa hal terkesan agak aneh. Lebih-lebih pemikirannya mengenai ajaran agama. Ajarannya ia wujudkan dalam bentuk ordo keagamaan yang di berbagai tempat mampu memperoleh kekuasaan atas negara dan meneguhkan kekuasaan pendeta. Meski demikian, Pythagoras tetap menjadi tokoh berpengaruh pada para pemikir selanjutnya. Malahan, model kombinasi Pythagoras hingga saat ini masih terus menjadi bahan acuan pemikiran. Terutama kombinasi matematika dan teologi yang bermula dari Pythagoras tersebut.
Ø  Parmenides (540-475 SM)
Parminedes lahir pada tahun 540 SM di Elea, Italia Selatan.Di kota kelahirannya ia dikenal sebagai orang besar yang ahli dalam bidang politik dan pernah memangku jabatan dalam pemerintahan. Meski begitu, ia lebih dikenal bukan karena jabatannya, tapi karena sebagi ahli pikir yang melebihi siapapun pada masanya.
Parmenides membagi pengetahuan manusia menjadi dua, yaitu pengetahuan indera dan pengetahuan budi. Pengetahuan indera adalah pengetahuan yang diperolah manusia dari pengamatannya terhadao realitas materi. Pengetahuan yang diperolah indera adalah pengetahuan semu. Sementara pengetahuan budi adalah pengetahuan yang dapat dipercaya karena perolehannya didasarkan pada sesuatu yang tetap. Kenyataan yang benar hanya dapat diketahuai dengan akal, bukan dengan pengamatan indera.
Dengna mengambil objek “alam”., Parmenides berpendapat bahwa arche merupakan sesuatu yang bersifat tetap dan tidak berubah, serta hanya ada satu. Yang ada itu tetap, tak mungkin berubah, tak mungkin bergerak,juga tak mungkin kita kenal dan ketahui. Yang ada itu ada. Inilah  disebut kebenaran yang tidak mungkin dipungkiri. Dengan uraian tersebut, Parmenides mengingkari gerak, perubahan atau menjadi. Karena itu, filsafatnya disebut “filsafat ada”.
Ø  Heraklitos (535-480 SM)
Herakletos lahir di kota Ephesos. Ia termasuk salah seorang filsuf Yunani kuno pra Socrates. Sungguhpun ia mempunyai pandangan sendiri yang berlainan dari filusuf-filusuf sebelumnya, ia juga terpengaruh oleh alam pikir filosof alam di Miletos. Pokok pikiran filsafatnya yang terkenal berkaitan dengan alam semesta adalah segala sesuatu berasal dari api. Api berubah terus, api adalah suatu hal yang chaotis.
Menurut Heraklitos, segala sesuatu yang ada di dunia inipasti berubah. Tidak ada sesuatu yang tetap, semuanya dalam keadaan menjadi. Yang menjadi arche segala sesuatu adalah api. Sifat dasar api adalah terus berubah, terus bergerak, dan tidak tetap. Karena itu, yang menjadi sebab asal mula segala sesuatu itu adalah gerak, perubahan, dan menjadi. Pendapat ini dirumuskan dengan istilah panta rhei, “semua mengalir”.
Karena itu, filsafat Heraklitos disebut filasafat menjadi.. Segala sesuatu yang ada bergerak terus menerus, bergerak secara abadi. Segala sesuatu berlalu dan tidak ada sesuatu yang tetap. Perubahan terjadi dengan tiada hentinya. Seluruh kenyataan adalah arus sungai.

v  Filosof  Zaman Keemasan : Socrates, Plato, Aristoteles
Ø  SOCRATES (469 - 399 SM)
            Socrates lahir di Athena sekitar 470-399 SM. Ia merupakan generasi pertama dari tiga ahli filosof besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato, dan Aristoteles. Ia dikenal sebagai prajurit yang gagah berani. Seperti halnya kaum sufís, Socrates mengarahkan perhatiannya kepada manusia sebagai objek pemikiran filsafatnya.
            Sejak muda Socrates telah terlihat sifat ke bijaksanaannya, karena selain ia cerdas juga pada setiap perilakunya di tuntut oleh suara bathin yang selalu membisikan dan menuntun ke arah keutamaan moral. Peran socrates dalam mendobrak pengetahuan sejati sangat penting dalam mencapai keutamaan moral.
            Adapun falsafah pemikiran Socrates diantaranya ia menyatakan adanya kebenaran objektif. Faham efeknya merupakan kelanjutan dari metode yang ia temukan (induksi dan definsi). Sayangnya Socrates tidak pernah menulis pemikiran falsafahnya sendiri .[3]
            Dalam mencari kebenarannya ia tidak berfikir sendiri, melainkan setiap kali berdua dengan orang lain, dengan jalan tanya jawab. Orang yang kedua itu, tidak dipandangnya sebagai lawannya, melainkan sebagai kawan yang diajak bersama mencari kebenaran. Ia tidak mengajarkan, melainkan menolong mengeluarkan apa yang tersimpan di dalam jiwa orang. Sebab itu metodenya disebut majeutike, menguraikan, seolah-olah menyerupai pekerjaan ibunya sebagai seorang bidan.
            Dalam banyak hal, Socrates memiliki pandangan yang bertentangan dengan kepercayaan masyarakat Yunani saat itu, yakni kepercayaan pada kuil dari dewa-dewa. Ia percaya akan gagasan mengenai gaya tunggal dan transenden yang ada dibalik pergerakan alam ini. Pandangan yang ia bawa tersebut akhirnya membuatnya dipenjara dengan tuduhan merusak akhlak pemuda-pemuda Athena. Bagaimanapun Socrates dinyatakan bersalah dan ia ditawarka untuk bunuh diri dengan meminum racun. Penawaran tersebut diterimanya dengan tenang. Meskipun para siswanya yang telah menjadi hakim, penjaga penjara, tentara dan lainnya berulang kali membujuknya untuk melarikan diri, ia tetap tidak mau. Socrates mengatakan, ‘kalau saya melarikan diri, berarti ajaran saya salah. Saya lebih baik dihukum mati, tetapi ajaran kebenaran yang saya sampaikan tetap hidup.’[4]
Ø  PLATO (427 - 347 SM)
Plato lahir di Athena tahun 427 SM. Ayahnya bernama Ariston, raja terakhir Athena. Ibunya bernama Periktione keturunan Solon, tokoh legendaris dan negarawan agung Athena yang hidup sekitar seratus tahun lebih awal dari Periktione. Nama Platoyang sebenarnya adalah Aristokles. Karena dahi dan bahunya yang amat lebar, ia memperoleh julukan “Plato” dari seorang pelatih senamnya. Ia adalah murid sekaligus sahabat diskusi Socrates. Plato adalah pengikut Socrates yang  taat dan berpengaruh besar. Selain dikenal sebagai ahli pikir, ia juga dikenal sebagai sastrawan. Tulisannya sangat banyak, sehingga keterangan tentang dirinya pun dapat diperoleh dengan mudah.
Sebagaimana Socrates. Ia menggunakan metode dialog untuk mengantarkan filsafatnya.  Namun kebenaran umum (definisi)  menurutnya bukan dibuat dengan cara dialog yaitu induktif sebagaimana cara yang digunakan Socrates, pengertian umum (difenisi) menurut Plato sudah tersedia di sana di alam idea.
Menurut pemikiran falsafahnya,  dunia lahir adalah dunia pengalaman yang selalu berubah-ubah dan warna-warni. Semua itu adalah bayangan dari dunia idea, sebagai bayangan, hakikatnya hanyalah tiruan dari  yang asli yaitu idea. Karenanya maka dunia pengalaman ini berubah-ubah dan bermacam-macam, sebab hanyalah merupakan tiruan yang tidak sempurna dari ideanya yang sifatnya bagi dunia ini semua ada contohnya yang ideal di dunia idea sana (dunia idea).[5]
Hal yang penting juga untuk diketahui dari filsafat plato adalah pemikiran dia tentang negara. Menurutnya bahwa dalam tiap-tiap negara segala golongan dan segala orang-orang adalah alat semata-mata untuk kesejahteraan semuanya. Menurut Plato, di dalam negara ideal terdapat 3 golongan, yaitu:
1.      Golongan tertinggi
2.      Golongan pembantu
3.      Golongan Rakyat biasa
Ajaran Plato tentang etika kurang lebih mengatakan bahwa manusia dalam hidupnya mempunyai tujuan hidup yang baik, dan hidup yang baik ini dapat dicapai dalam polis. Ia tetap memihak pada cita-cita Yunani Kuno yaitu hidup sebagai manusia serentak juga berarti hidup dalam polis, ia menolak bahwa negara hanya berdasarkan nomos/adat kebiasaan saja dan bukan physis/kodrat. Plato tidak pernah ragu dalam keyakinannya bahwa manusia menurut kodratnya merupakan mahluk sosial, dengan demikian manusia menurut kodratnya hidup dalam polis atau Negara. Menurut Plato negara terbentuk atas dasar kepentingan yang bersifat ekonomis atau saling membutuhkan antara warganya maka terjadilah suatu spesialisasi bidang pekerjaan, sebab tidak semua orang bisa mengerjakaan semua pekerjaan dalam satu waktu. Polis atau negara ini dimungkinkan adanya perkembangan wilayah karena adanya pertambahan penduduk dan kebutuhanpun bertambah sehingga memungkinkan adanya perang dalam perluasan ini.[6] 
Ø  ARISTOTELES (384 - 322 SM)
Ia diahirkan di Stagyra, Yunani Utara tahun 384 SM. Aristoteles adalah murid Plato. Ayahnya seorang dokter pribadi raja Macedonia Amyntas. Ia mewarisi pengetahuan empiris dari ayahnya. Ia juga banyak mempelajari filsafat, matematika, astronomi, retorika, dan ilmu-ilmu lainnya. Dengan kecerdasannya yang luar biasa hampir-hampir ia menguasai berbagai ilmu yang berkembang pada masanya. Kecenderungan berpikir saintifik nampak dari pandangan-pandangan filsafatnya yang sistematis dan banyak menggunakan metode empiris.
 Aristoteles terkenal sebagai bapak Logika. Tuhan itu menurut Aristoteles berhubungan dengan dirinya sendiri. Ia tidak berhubungan dengan (tidak memperdulikan) alam ini. Ia bukan pesona. Ia tak memperhatikan doa dan keinginan manusia. Dalam mencintai tuhan, kita tidak usah mengharap ia mencintai kita. Ia adalah kesempurnaan tertinggi, dalam kita mencontoh ke sana untuk perbuatan dalam pemikiran-pemikiran kita. Pandangan filsafatnya tentang etika adalah bahwa etika nerupakan sarana untuk mencapai kebahagiaan dan  merupakan sebagai barang yang tertinggi dalam kehidupan. Etika dapat mendidikk manusia supaya memiliki sikap yang pantas dalam segala perbuatan.
Sebenarnya Aristoteles banyak menghasilkan karya-karya hasil penelitian dan pemikiran-pemikiran filsafat. Tapi sayang, banyak karya-karyanya yang hilang. Secara umum, karya Aristoteles berjumlah delapan pokok bahasan, yaitu:[7]
1)      Logika
2)      Filsafat Alam
3)      Psikologi
4)      Biologi
5)      Metafisika
6)      Etika
7)      Politik dan Ekonomi.
BAB III
KESIMPULAN
Kelahiran pemikiran Filsafat Barat diawali pada abad ke-6 SM, yang diawali oleh runtuhnya mite-mite dan dongeng-dongeng yang selama ini menjadi pembenaran terhadap setiap gejala alam.  Orang Yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai sesuatu yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Dalam sejarah filsafat biasanay filsafat yunani dimajukan sebagai pangkal sejarah filsafat barat, karena dunia barat (Erofa Barat) dalam alam pikirannya berpangkal kepada pemikiran yunani.
 Pada masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta serta dengan penghuninya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan kepercayaan. Ahli-ahli pikir tidka puas akan keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan melalui budinya. Mereka menanyakan dan mencari jawabannya apakah sebetulnya alam itu. Ciri yang menonjol dari Filsafat Yunani Kuno di awal kelahirannya adalah ditunjukkannya perhatian terutama pada pengamatan gejala kosmik dan fisik sebagai ikhtiar guna menemukan suatu (arche) yang merupakan unsur awal terjadinya segala gejala.
 Terdapat tiga faktor yang menjadikan filsafat yunani ini lahir, yaitu:
a)      Bangsa yunani yang kaya akan mitos (dongeng).
b)      Karya sastra yunani yang dapt dianggap sebagai pendorong kelahiran filsafat Yunani.
c)      Pengaruh ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari Babylonia (Mesir) di lembah sungai Nil.
Tokoh-tokoh pada masa Yunani Kuno  antara lain, yaitu: Thales (625-545 SM), Anaximandros (610-546 SM), Anaximenes (585-528 SM), Pythagoras (582-496 SM), Parmenides (540-474 SM), Heraklitos (535-480 SM), Socrates (470-399 SM), Plato (427-347 SM), Aristoteles ( 384-322 SM).
   
DAFTAR PUSTAKA

K. Bertens, Prof, Dr. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius, 1999.
Hatta, Mohammad. Alam Pikiran Yunani. Jakarta: UI Press, 1986.
Surajiyo. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Bumi  Aksara: 2005.
Achmadi, Asmoro. Filsafat Umum. Jakarta: Grafindo Persada, 2001.
Maksum, Ali. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2012.





[1] Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), hlm. 153.
[2] Ibid, hlm. 153
[4] Ali Maksum, Pengantar Filsafat. Yogyakarta: ArRuzz Media, 2012. Hlm, 63-64.

[5] Ibid...Hlm, 65.
[7] Asmoro Achmadi, Filsafat Umum. Jakarta: Grafindi Persada, 2011. Hlm. 30.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar